Oey Tamba Sia lahir 1827, kadang disebut Oeij Tambah Sia, adalah seorang playboy kaya raya yang dihukum gantung pemerintah Belanda karena berperan dalam beberapa kasus pembunuhan.
Kisah hidupnya melegenda di kalangan masyarakat Jakarta dan menjadi basis beberapa pantun, karya sastra dan cerita rakyat.
Ia lahir pada tahun 1827 di Batavia, dan adalah putra taipan serta raja tembakau asal Pekalongan, Oey Thai Lo, gelar Oey Thoa, yang juga menjabat sebagai Letnan Cina di Kongsi Besar.
Sebagai putra seorang Opsir Tionghoa, Oey Tamba menyandang gelar Sia. Pada saat baru berusia 15 tahun, ia kehilangan ayahnya, Letnan Oey Thai Lo, yang tutup usia dan menghibahkan kekayaan yang banyak.
Oey Thay sangat dikenal dan disegani masyarakat. Ia memiliki empat anak, satu wanita yang kemudian menikah dengan putri Bupati Pekalongan. Karena kedekatannya dengan Mayor der Chinezen, ia pun diangkat sebagai Lieutnan der Chinezen, untuk kawasan Kali Besar. Kala itu, pemimpin masyarakat Tionghoa diberi pangkat tituler: Mayor, Kapten, dan Letnan.
BACA JUGA: Kisah Tragedi Trowek, 20 orang meninggal Terjun Ke Jurang Ratusan Orang Luka
Menurut cerita rakyat, Oey Tamba Sia walaupun tampan dan perlente adalah pemuda sombong dan gemar berganti-ganti pasangan. Sikap ini memburuk ketika ia menerima warisan besar setelah wafatnya sang ayah.
Seperti dilansir Wikipedia, Ia tidak menghormati pembesar-pembesar Tionghoa di Batavia karena disokong dana oleh mendiang ayahnya, termasuk sahabat almarhum ayahnya Mayor Cina Tan Eng Goan.
Walaupun demikian, Mayor Tan Eng Goan dan para pejabat lainnya berusaha memberikan nasihat kepada Oey Tamba Sia agar bertobat. Bahkan sang Mayor menawarkan Oey Tamba Sia jabatan Letnan Cina yang diemban ayahnya. Namun Oey Tamba Sia menolah baik nasihat maupun jabatan dari para petinggi Tionghoa tersebut.
BACA JUGA: Tragedi Banjarsari, 32 orang Korban Pembantaian Wirjo
Berbekal dengan ketampanan yang luar biasa, Oey menjadi seorang remaja yang gemar berfoya-foya, dan mengejar para wanita. Ia kerap menghabiskan waktu berkuda keliling kota dengan pakaian mewah, ditemani beberapa centeng.
Dengan bantuan para tukang pukulnya dan seorang germo oey Tamba berhasil merayu Nyoya Khoe Tjin Yang yang merupakan seorang istri dari pedagang kelontongan dari Tongkangan dan menyimpanya di bungalow Bintang mas yang dibangunnya di kawasan ancol khusus untuk berpoya-poya.
Kemudian Kisah Oey Tamba Sia juga berhasil memboyong Mas Adjeng Gunjing yang meripakan pesindeng asal Pekalongan yang terkenal karena kecantikan dan kepandaian bernyayi dan menarinya. Mas Adjeng Gunjing kemudian tinggal di Villanya di daerah Pasar Baru.
Namun Keran kesalahpahaman dan akibat cemburu yang mengira Sutedjo kakak kandung Mas Adjeng Gunjing sebagai kekasihnya, Oey Tamba Sia menyuruh tukang pukulnya Piun dan Sura untuk membunuhnya.
Selanjutnya karena ingin memfitnah Lim Soe Keng ia tega meracuni Tjeng Kie pembantunya yang setia. Dan hasil penelusuran Mayor Tan Eng Gan dan pemimpin masyarakat Tionghoa lainya berhasil menjebloskan Oey Tamba Sia ke penjara.
Kemudian pengadilan akhirnya menjatuhi hukuman mati kepada Oey Tamba Sia dengan cara digantung di muka Umum. Usaha keluarganya untuk naik banding ke pengadilan yang lebih tinggitidak berhasil demikina juga denga permohonan grasi kepada gubernur jendral di tolak.
Akhirnya pada tahun 1851 Kisah Oey Tamba Sia harus menjalani hukuman gantung yang dilaksankan di balaikota atau sekarang menjadi Taman Fatahilah.