Sejarah Syekh Abdul Muhyi Pamijahan

0
278
Sejarah Syekh Abdul Muhyi Pamijahan

Sejarah Syekh Abdul Muhyi Pamijahan merupakan seorang waliyullah yang dihormati oleh masyarakat pesantren dan merupakan mata rantai dalam membawa tarekat Syathariyah ke pulau Jawa.

Selain dikenal dengan nama Haji Karang, ia juga memiliki gelar Sayyiduna Syaikh al-Hajj Waliyullah Radhiyullahu. Ia dilahirkan pada tahun 1650 di Mataram, yang saat itu merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Jawa.

BACA JUGA: APK Pinjol Ilegal Terbaru Tahun 2023, Langsung Cair Tanpa Verifikasi

Ayahnya bernama Sembah Lebe Wartakusumah, yang merupakan bangsawan Sunda keturunan Raja Galuh Pajajaran, dan ibunya bernama Raden Ajeng Tangan Ziah, keturunan bangsawan Mataram yang berjalur sampai ke Syaikh Ainui Yaqin (Sunan Giri l).

Sejak masih kecil, Abdul Muhyi telah belajar di Ampel Denta untuk mempelajari berbagai disiplin keilmuan pesantren. Pada tahun 1669 M, di usia 19 tahun, Abdul Muhyi merantau hendak menuju ke Mekah, tetapi singgah di Aceh dan bertemu dengan Tengku Syiah Kuala atau Syaikh Abdur Ra’uf as-Singkili. Di Aceh, ia mempelajari berbagai disiplin keilmuan, termasuk tarekat Syathariyah dari jalur Syaikh Abdur Ra’uf.

Sejarah Perjalanan Syekh Abdul Muhyi Pamijahan Ke ke Mekah dan Madinah

Abdul Muhyi kemudian melanjutkan perjalanan ke Mekah dan Madinah untuk menunaikan haji. Di Mekah, ia bertemu dengan Syaikh Yusuf al-Maqassari, dan diduga juga belajar kepada Ahmad al-Qusyasyi, Ibrahim Kurani, dan Hasan al-Ajami, yaitu guru-guru dari AbdurRa’uf as-Singkili sendiri. Setelah itu, ia kembali dari Mekah menuju Ampel Denta pada tahun 1678 setelah mendapatkan ijazah untuk menjadi mursyid tarekat Syathariyah dari gurunya.

BACA JUGA: Sejarah Kabupaten Subang, Mulai Dijajah Belanda Awal Abad ke 16

Sekembalinya dari Ampel Denta, Abdul Muhyi menikah dengan putri bernama Ayu Bekta dan bersama orang tuanya pindah ke Jawa Barat untuk menyebarkan Islam serta mencari gua yang ditunjukkan oleh gurunya, Syaikh Abdur Ra’uf as-Singkili. Awalnya, Abdul Muhyi dan keluarga menetap di Desa Darma Kuningan selama 8 tahun (1678-1685) atas permintaan masyarakat. Namun, karena belum menemukan tujuan yang diinginkan, ia menuju ke Garut Selatan dan diminta oleh masyarakat untuk tinggal di Pameungpeuk, Garut. Ia kemudian tinggal di Lebaksiuh dekat Batuwarigi, di mana ia menemukan gua Pamijahan yang dikeramatkan dan wingit.

Sejarah Goa Pamijahan

Goa Pamijahan ini dinamakan demikian karena banyak ikan berkembang biak di sana. Meskipun di gua tersebut ia melakukan uzlah dan khalwat, ia membangun perkampungan baru bersama para pengikutnya di sebelah barat Kampung Ojong, yang dikenal dengan sebutan Safar Wadi. Di tempat ini, ia membangun masjid dan pemukiman.

Setelah itu, Abdul Muhyi Pamijahan melanjutkan kiprahnya dalam menyebarkan agama Islam dan tarekat Syathariyah di wilayah Jawa Barat. Ia berhasil mengumpulkan banyak pengikut dan murid yang kemudian tersebar di berbagai daerah di Pulau Jawa. Peninggalan dan warisan keilmuan beliau juga terus dijaga dan diwariskan oleh para pengikutnya hingga saat ini.

Sejarah Syekh Abdul Muhyi Pamijahan. Meski telah wafat pada tahun 1746, Abdul Muhyi Pamijahan masih tetap dihormati dan dianggap sebagai seorang waliyullah oleh masyarakat pesantren dan pengikut tarekat Syathariyah. Makamnya yang terletak di Pamijahan, Tasikmalaya, masih menjadi tempat ziarah dan pemuliaan bagi banyak orang hingga kini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here